Kamis, 03 Juni 2010


SEKENARIO BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Bimbingan dan Konseling
Kegitan bimbingan dan konseling sekolah merupakan suatu hubungan yang bersifat membantu, yaitu interaksi antara konselor dengan konseli merupakan suatu kondisi yang membuat siswa terbantu dalam mencapai perubahan yang lebih baik. Dari hakekatnya sebagai hubungan yang bersifat membantu dan sebagai proses psikologis, bimbingan dan konseling di sekolah memberikan pengalaman belajar yang baru pada siswa, dalam memahami suatu pembelajaran di sekolah. Bagi siswa yang berada dalam rentang normal, konseling merupakan lingkungan yang sedemikian rupa dapat memberikan pengaruh untuk mengurangi hambatan ke arah perwujudan diri yang lebih baik. bagi individu yang mengalami gangguan psikologis, konseling dapat membantu memperbaiki keadaan, sehingga yang bersangkutan kembali ke keadaan normal dan lebih baik.
Dalam kegiatan bimbingan konseling, ada enam macam pengalaman baru yang dapat diperoleh oleh Siswa dalam proses konseling yaitu:


1. Mengenal Konflik-Konflik Internal
Konseling membantu Siswa untuk mengenal bahwa masalah-masalah yang dialaminya sesungguhnnya bersumber dari konflik-konflik yang ada dalam dirinya dan bukan karena situasi di luar dirinya. Melalui kegiatan bimbingan konseling ini, klien dibantu untuk menyadari bahwa masalah yang dihadapinya sesungguhnya berada di dalam dirinya, apa yang ada di luar dirinya merupakan faktor yang mempengaruhi. Sedangkan faktor yang menentukan ada di dalam dirinya sendiri.
Langkah awal yang akan dilakukan konselor adalah menyadarkan bahwa konselor tidak dapat berbuat banyak terhadap lingkungan yang diakui sebagai sebab dari masalah yang dihadapi klien. Berikut masalah-masalah yang biasa timbul dalam konflik internal diantaranya:
a. Penilaian Negatif Tehadap Diri Sendiri
b. Keharusan Psikologi
c. Konflik Kebutuhan-Kebutuhan
2. Menghadapi Realitas
Banyak orang (remaja) yang tidak mampu menghadapi perubahan dalam dirinya, baik dalam bentuk fisik maupun psikologis. Seorang remaja yang baru tumbuh menjadi manusia dewasa, tanpa disadari mengalami perubahan baik fisik maupun psikologis serta tuntutan lingkungan yang mengharuskan ia bersikap sebagai seorang remaja yang sewajarnya. Pada masa peralihan inilah (dari masa kanak-kanak ke masa remaja), remaja tidak memahami eksistensinya sebagai seorang remaja, atau banyak remaja yang tidak mampu memahami masalah dalam dirinya karena kekurangan kemampuan menghadapi realitas. Mereka tidak mengetahui realitas yang sebenarnya sebagai seorang remaja yang memiliki tugas perkembangan dalam kehidupan ini. Peran konseling memberikan pemahaman dan membantu individu dalam menghadapi realitas secara efektif, dan proses konseling dapat membantu individu untuk memperoleh suatu pengalaman yang lebih baik tentang realitas dan mampu menghadapinya secara efektif. Biasanya remaja yang tidak mampu menghadapi realitas kehidupannya diekspresikan dalam tiga sikap diantaranya adalah; menghindar, generalisasi berlebihan, dan menyalakan.


3. Mengembangkan Tilikan
Konseling merupakan pengalaman yang dapat membawa orang untuk menemukan siapa dia sesungguhnya dan hidup sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Bila orang mengetahui siapa dirinya antara lain, mengenal kebutuhannya, nilai-nilainya, sikapnya, motifnya, kekuatannya, dan kelemahannya dsb. Karena ia memahami benar tentang dirinya, maka ia memanfaatkan waktu dan dirinya sesuai dengan peta psikologisnya untuk mencapai perkembangan optimal dan kebahagiaan dirinya. Selain itu, kemampuan ini harus diimbangi dengan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain.
4. Memulai Suatu Hubungan Baru
Konseling memberikan peluang kepada individu untuk memperoleh suatu jenis hubungan baru yang mungkin belum diperoleh sebelumnya. Dalam konseling, klien berinteraksi dengan konselor dalam serangkaian wawancara konseling. Selama konseling ini, klien akan menghayati suatu hubungan baru yang dapat mengembangkan keadaan pribadinya.
Bimbingan koseling akan berjalan dengan efektif apabila keadaan konselor baik secara psikologis, peduli terhadap orang lain, memiliki pengetahuan dalam perilaku, dan memiliki ketrampilan dalam membantu orang lain. Dengan memiliki kemampuan seperti itu, klien yang berinteraksi dengan konselor, akan memperoleh pengalaman baru yang mungkin belum diperoleh sebelumnya atau dalam hubungan-hubungan lainnya. Ada beberapa hubungan konseling yang tidak dapat dijumpai dalam hubungan lain, diantaranya:
a. Ketulusan konselor dalam melakukan bimbingan yang bersifat membantu. Ketulusan dan kebaikkan konselor yang ditandai dengan sikap ramah hangat, bersahabat dan sebagainya. Sikap tersebut dapat menggugah klien untuk lebih meyakini diri sendiri.
b. Pemahaman yang diberikan konselor terhadap klien dengan segala latar belakang dan masalah-masalahnya dapat membuat klien diterima.
c. Ketulusan individu akan diperoleh dan berkembang melalui interaksi dengan konselor yang tulus
d. Resiko yang timbul dari hubungan dengan konselor, dengan sendirinya tidak menimbulkan akibat yang bersifat merusak akan tetapi dapat menunjang perkembangan
e. Respon-respon baru, akan diperoleh melalui serangkaian interaksi dalam hubungan yang bersifat membantu. Dalam konseling, klien belajar bagaimana membuat suatu respon yang baru dan efektif dalam berinteraksi dengan lingkungan.
5. Meningkatkan Kebebasan Baru
Banyak remaja yang menghadapi kesulitan dan masalah, karena dalam dirinya terdapat kekurang-bebasan dalam menyatakan hal-hal yang bersifat psikologis. Misalnya merasa takut untuk berbeda pendapat dengan orang lain, merasa tidak bebas untuk menyatakan perasaan tertentu, dan lain sebagainya. Konseling pada hakekatnya memberikan kesempatan pada individu untuk mampu menyatakan dirinya secara bebas dan benar. Dalam konseling, individu dibantu untuk bagaimana menyatakan hal-hal yang bersifat psikologis dengan cara yang dapat diberikan. Bebarapa kebebasan psikologis yang dapat dikembangkan melalui konseling, antara lain:
a. Kebebasan untuk mengakui ketidak-sempurnaan diri sendiri
b. Kebebasan untuk mempertanggung jawabkan perilaku sendiri
c. Kebebasan untuk mengecewakan orang lain
d. Kebebasan untuk menyatakan perasaan.
6. Memperbaiki Kosepsi-Konsepsi Yang Keliru
Untuk dapat berbuat secara tepat, remaja harus mampu mewujdkan perilaku yang didasarkan atas kosepsi secara benar. Akan tetapi banyak orang yang memiliki konsepsi tentang perilakunnya secara keliru. Sebagai akibatnya meraka kurang mampu menunjukkan perilaku secara tepat sehingga banyak menimbulkan banyak masalah. Konseling memberikan bantuan kepada orang agar memahami kekeliruan konsepsi tentang perilakunya. Selanjutnya mereka dibantu untuk mengembagkan konsep perilakunya secara benar, untuk kemudian diwujudkan perilaku secara benar pula. Ada beberapa konsepsi-konsepsi keliru yang banyak dibawa remaja ke dalam konseling, yaitu:
a. Konsepsi bahwa adanya masalah-masalah yang tidak dapat dipecahkan
b. Konsepsi bahwa janji-janji yang tidak dapat dibatalkan, dan harus ditepati secara pasti,
c. Konsepsi bahwa masalah yang dihadapi adalah korban dari situasi atau orang yang bersifat merusak,
d. Konsepsi bahwa apa persepsi dan interpretasi selamanya sesuai. Gagasan yang disampaikan kepada individu lain akan dipersepsikan dan ditafsirkan sebagaimana yang diharapkan,
e. Konsep bahwa orang tahu persis apa yang dilakukannya.
Dari beberapa pengalaman baru tersebut di atas, apabila berjalan dengan sesuai dengan prinsip bimbingan konseling, maka dapat berpengaruh terhadap perilaku individu menuju pada keadaan psikologi yang baik. Selain itu untuk menunjang keberhasilan dalam kegiatan bimbingan konseling di sekolah, maka diperlukan berbagai bentuk metode maupun teknik bimbingan konseling, diantaranya adalah:
1. Metode Bimbingan dan Konseling di Sekolah
a. Metode non-Direktif
Metode non-direktif “Clientceterd Counseling” memberikan gambaran bahwa, dalam kegiatan bimbingan yang menjadi pusat informasi dan data yang akan dianalisis oleh konselor adalah informasi dan data klien (Siswa). Karena itu dalam proses bimbingan ini kegiatan sebagian besar diletakan di pundak klien itu sendiri. Dalam pemecahan masalah, klien didorong oleh konselor untuk mencari serta menentukan cara yang terbaik dalam pemecahan masalahnya.
b. Metode Rasional Emotif
Metode ini bertujuan untuk menunjukan dan menyadarkan klien bahwa cara berpikir yang tidak logis itulah merupakan penyebab gangguan emosionalnya. Atau dengan kata lain, bimbingan rasional emotif ini bertujuan membantu klien membedakan dirinya dari cara berpikir atau ide-idenya yang tidak logis dan mengantinya dengan cara-cara yang logis.
c. Metode Transaksional
Analisis transaksional menitik beratkan pada upaya untuk merangsang rasa tanggung jawab pribadi atas tingkahlakunya sendiri. Pikiran yang logis, rasional, tujuan-tujuan yang realitas, komunikasi yang terbuka, wajar dan pemahaman dalam hubungannya dengan orang lain.
d. Metode Klinikal
Pendekatan bimbingan klinikal menitik beratkan pada pendekatan yang logis dan rasional, tidak berorientasi pada intelektual, tapi berorientasi kepada personalisme, yaitu pendekatan yang memandang secara keseluruhan. Tujuan bimbingan dan konseling bukanlah semata-mata mengembangkan kemampuan intelektual, tetapi mebantu klien (Siswa) untuk meningkatkan kematangan sosial, dan emosional sesuai potensi yang dimiliki. Dalam bimbingan klinikal, hubungan antara konselor dan klien bersifat kemanusiaan. Masalah manusi sifatnya berkembang dan merupakan hasil konflik dengan lingkungannya, maka dari itu klien harus belajar mengunakan pemecahan masala yang berorientasi kepada kenyataan yang objektif.
2. Teknik Bimbingan dan Konseling di Sekolah
a. Asosiasi bebas; yaitu klien diupayakan mejernihkan atau mengkikis alam pikiran dari dalam pengalaman dan pemikiran sehari-hari, sehingga klien mudah mengungkapkan masa lalunya.
b. Interpretasi; yaitu teknik yang digunakan konselor untuk menganalisis asosiasi bebas, resistensi, dan transferensi klien.
c. Analisis resistensi; ditunjukan untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya resistensi. Konselor meminta perhatian klien untuk menapsirkan resistensi.
d. Analisis transperensi; konselor mengusahakan agar klien mengembangkan transperensi agar terungkap neurosisnya terutapa pada usia lima tahun pertama dalam hidupnya.
e. Teknik interpretasi; dapat diartikan sebagai suatu usaha konselor untuk memberitahukan suatu arti pada klien.
B. Materi Bimbingan Personal dan Kelompok Kecil
Dalam memberikan materi pada proses bimbingan dan konseling, konselor berorientasi pada masalah yang sedang dihadapi siswa. Konselor membantu siswa untuk mengenal bahwa masalah-masalah yang dihadapinya sesungguhnya bersumber dari konflik-konflik yang ada dalam dirinya dan bukan karena situasi luar dirinya. Melalui bimbingan dan konseling siswa di bantun untuk menyadari bahwa masalah-masalah psikologis yang dihadapinya sesungguhnya berada di dalam dirinya, apa yang terjadi diluar dirinya merupakan paktor yang mempengaruhi. Sedangkan faktor yang menentukan masalah adalah berada pada dirinya sendiri.
C. Media Bimbingan
Media bimbingan merupakan sarana dan prasarana yang mendukung berjalannya sebuah proses bimbingan, dan tentunya keberhasilan bimbingan dan konseling disekolah, harus dudukung oleh penyediaan alat-alat pengumpulan dan pengolahan data seperti: Komputer, Ruang Bimbinan, Meja, Kursi, dan lain-lain
D. Manajemen Ruangan Bimbingan dan Konseling
Manajemen dapat diartikan sebagai suatu upaya penataan dan pengelolaan ruangan agar setiap individu berada dalam suatu suasana yang kondusip bagi perwujudan dirinya secara sehat sehingga mampu melakukan berbagai tugas secara efektif, efisien, dan produktif. Dalam lingkungan konseling, keadaan ruagan akan ikut serta mempengaruhi kualitas kerja konselor dan klien dalam keseluruhan proses bimbigan dan konseling. Oleh karena itu penataan dan manajemen ruangan pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan keefektipan bimbingan dan konseling. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam manajemen ruangan diantaranya:
1. Tata Letak
Tata letak Lay-out merupakan suatu sistem pengaturan pengelolaan ruangan berserta perabotannya sedemikian rupa sehingga memberikan suasana yang kondusif bagi inividu yang berada di dalamnya.
2. Iluminasi (Penerangan)
Iluminasi merupakan unsur ruangan dalam bentuk penerangan atau cahaya. Penerangan harus di tata sedemikian rupa sehingga membuat nyaman bagi individu yang barada di dalamnya. Cahaya yang terlalu kuat atau lemah dapat menimbulkan hambatan dalam melakukan kerja dan bahkan dapat menimbulkan berbagai gangguan pribadi seperti stress, konflik, kurang gairah dan lain sebagainya.
3. Atmosfir
Asmosfir ruangan mencakup aspek keadaan suhu dan kelembaban udara di dalam ruangan. Kedua aspek ini perlu ditata sedemikian rupa sehingga menimbulkan suhu dan kelembaban yang dapat membuat individu di dalamnya merasa nyaman. Pada giliranya dapat meningkatkan motivasi dan produktifitas konseling. Keadaan ruangan yang terlalu dingin atau panas dapat menganggu suasana konseling.
4. Warna
Warna-warna dapat memberikan pengaruh kepada suasana psikologis individu yang berada di dalamnya. Hendaknya ruangan ditata dengan warna-warna yang sedemikian rupa sehingga memberikan nuansa nyaman. Penataanya agar dibuat secara estetis dan memberikan rangsangan prilaku produksi.
5. Suara
Suara yang berada di sekitar individu dapat mempengaruhi pola-pola prilaku dan kenyamanan pribadi. Suara gadu dan bising dapat menganggu konsentrasi kerja dan lebih banyak menimbulkan stress sehingga mepengaruhi produktivitas, dan sebaliknya suara yang ditata sedemikian rupa dengan baik, misalnya suara alunan musik yang lembut dapat mempengaruhi dinamika individu.
6. Kebersihan dan Estetika
Kebersihan dan keindahan merupakan lingkungan yang ikut serta mempengaruhi individu. Individu yang berada dalam lingkungan yang bersih dan penuh keindahan akan merangsang suasana yang nyaman dan dapat memberikan gairah kerja yang produktif. Sebaliknya ruangan yang kotor dan tidak estetis dapat menimbulkan suasana bosan serta menurunkan motovasi.
7. Kesesakan dan Kepadatan
Kesesakan dan kepadatan akan timbul sebagai akibat dari ketidak seimbangan antara ruangan dengan banyak orang. Keadaan ruangan yang sesak dan padat dapat menimbulkan suasana stress dan pada gilirannya dapat menghambat proses konseling.

0 komentar :